Tuhan Memberkati Messias

Selebrasi Junior Messias usai mencetak gol ke gawang Atletico Madrid. Foto: @championsleague

Jalan karier Junior Messias disesaki doa-doa. Beribu seorang penginjil, ada begitu banyak permohonan kepada Tuhan agar Messias selalu diberkati dalam hal apa saja, termasuk menjadi pesepak bola profesional. 

Sepak bola sudah merasuki Junior Messias sejak kecil. Yang pertama kali masuk ke dalam mimpinya ketika tertidur nyenyak adalah berlaga di kompetisi elite. Yang kemudian mengentak hingga menyadarkannya adalah kenyataan bahwa ia harus mengubur mimpi itu dalam-dalam.

Ketika masih bocah, Messias adalah jagoan. Ia rajin sekali mengikuti turnamen-turnamen sepak bola skala desa. Tahu akan stuck, ia melangkah lebih jauh dengan masuk akademi Cruzeiro, tempat legenda Brasil Ronaldo Nazario tumbuh.

Dukungan sang ayah membuat Messias tidak perlu berdebat soal mimpi yang kadang sulit dicerna kenyataan. "Jika kamu menginginkannya, kamu harus pergi dan mendapatkannya." Kata-kata itu keluar langsung dari mulut sang ayah. Karena kata-kata itu juga, Messias tidak pernah ragu dan takut berburu angan-angan.

Jalan karier Messias disesaki doa-doa terbaik. Beribu seorang penginjil, ada begitu banyak permohonan kepada Tuhan agar Messias selalu diberkati dalam hal apa saja, termasuk menjadi pesepak bola profesional.

Namun, ketika berusia 18 tahun, Messias meyakini bahwa Tuhan tidak pernah merestuinya sebagai pemain bola profesional. Jangan jauh-jauh berlaga di Benua Biru, mendapatkan kontrak dari klub Brasil aja sulitnya bukan main.

Tiga tahun adalah waktu yang dibutuhkan Messias untuk bergabung dengan klub ....ehem.... tingkat ketujuh sepak bola Brasil. Maka, saat doa-doa terus mengalir dari mulut sang ibu maupun bibinya, Messias tidak pernah betul-betul meyakininya.

Messias bukanlah pembangkang. Pernah suatu hari, sang bibi berkata "Kamu akan menjadi pesepak bola di Eropa." Meski sulit menerima kata-kata tersebut karena sudah berusia 20 tahun dan tidak punya jalan menjejak kesuksesan di dunia sepak bola, Messias tetap mengamini.

"Bibi saya berdoa dan berkata kepada saya bahwa saya akan menjadi pesepak bola di Eropa. Dia menggambarkan bahwa saya akan bermain untuk tim besar. Tapi, pada titik tertentu saya berkata, Tuhan telah mengubah jalan saya, dan sekarang saya perlu melakukan hal lain," kata Messias dalam video interviu yang diunggah akun resmi YouTube AC Milan.

Mimpi menjadi pesepak bola boleh saja remuk redam, tetapi Messias harus tetap melanjutkan hidup. Ia pun memutuskan untuk mengadu nasib di Italia. Pintu berkarier di sana dibukakan oleh sang kakak ketika ia berusia 20 tahun.

Di Negeri Piza, Messias memulai hidup dari titik nol, termasuk soal ekonomi. Ada istri dan anak yang harus ia nafkahi. Berdiam sambil menggerutu soal nasib yang tidak pernah berkarib kepadanya, ia buang jauh-jauh.

Messias pergi dari satu tempat ke tempat lain untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan. Dilansir ESPN, pekerjaan pertama Messias di Italia adalah memoles batu bata di lokasi pembongkaran. Itu bukan hiasan. Itu betul-betul pekerjaan pertamanya.

Kegagalan merawat mimpi menjadi pesepak bola tidak pernah meredupkan semangat Messias untuk hidup bergelimang kebahagiaan. Di Italia, ia tidak dikenal sebagai mantan pemain bola, tetapi suami sekaligus ayah pekerja keras.

Setelah memoles batu bata dengan penghasilan 20 sen per pcs, Messias beralih profesi menjadi pengirim perlengkapan domestik. Setiap hari, ia akan mengetuk pintu rumah orang-orang untuk menyerahkan perabotan macam lemari es dan pemanggang roti.

Bagi Messias, pemenuhan kebutuhan istri dan anak selalu nomor satu. Namun, ia selalu menyediakan waktu untuk bermain sepak bola. Saat pekerjaan sungguh-sungguh membosankan dan menyebalkan, sepak bola adalah hiburan terbaik.

Maka, ketika ada tawaran bergabung dengan klub amatir bernama Sport Warique, Messias tidak bisa menolaknya. Dari satu lapang ke lapang lain, ia dapat menggiring bola dan memutahkan kerinduannya akan si kulit bundar.

Kehidupan Messias di Italia disesaki kejutan. Ada banyak insiden yang datang tanpa tedeng aling-aling. Tentu, ada kejadian yang membuatnya menangis tersedu-sedu, ada juga yang begitu membahagiakan, dan ada pula yang memaksanya menghidupkan kembali mimpi menjadi pesepak bola.

Pada 2015 atau ketika Messias berusia 24 tahun, Casale menawarkan kontrak. Casale bukan klub besar. Mereka bermain di level kelima sepak bola Italia. Tapi, tawaran itu jelas menghidupkan mimpi Messias yang sudah mati.

Tawaran itu tidak Messias sia-siakan. Ia pun resmi bergabung dengan Casale. Potensi dan bakat Messias mulai tercium klub-klub Italia lainnya. Satu musim di Casale, ia bergabung dengan Chieri di level keempat. Musim berikutnya, ia bermain untuk Gozzana di level ketiga.

Perjalanan sepak bola Messias berjalan mulus. Tuhan memberkati keputusan-keputusan Messias untuk mengejar cita-citanya menjadi pemain sepak bola profesional. Hingga tawaran dari Crotone, klub Serie B, datang.

Doa-doa yang diucapkan ibu serta bibinya mulai mewujud dalam kehidupan. Hanya butuh satu musim bagi Messias untuk mengantarkan Crotone mendapatkan tiket Serie A.

Di Crotone, Messias adalah pemain klinis. Mengacu data FBref, expected goal (xG) Messias berada di angka 7,5 pada musim 2020/21. Dari angka tersebut, ia berhasil melesakkan sembilan gol dan empat asis.

Penampilan oke Messias tidak disertai dengan keberhasilan Crotone. Ya, Crotone terdegradasi di akhir musim. Namun, ketika karier mulai meredup, AC Milan mengajukan tawaran untuk meminjam Messias.

Tawaran yang Messias sendiri tidak pernah bayangkan. Tawaran yang memaksa Messias untuk kembali mengingat kata-kata yang sempat bibinya sampaikan. Tawaran yang meneguhkan keyakinan Messias bahwa Tuhan selalu memberkati langkahnya.

"Ya, saya memikirkannya (doa-doa sang bibi). Tapi saya juga memikirkan wejangan lain dari orang-orang terdekat. Meski saya berusia 29 tahu, saya masih bisa berkembang, bisa belajar, dan melakukan banyak hal lain dalam sepak bola," ucap Messias.

"Saya selalu berusaha untuk meningkatkan kemampuan setiap hari. Setiap sesi latihan, saya mencoba melakukan hal-hal yang lebih dari hari sebelumnya. Karena dalam hidup, terutama dalam sepak bola, apa yang kamu lakukan hari ini tidak berguna untuk hari esok. Jadi, setiap hari kamu harus mencoba yang terbaik."

"Ketika saya memikirkan AC Milan, pemain seperti Dida muncul di benak saya. Ia bekerja di sini dan ia adalah pemain hebat. Saya juga selalu memikirkan pemain Brasil yang pernah bermain di sini dan membuat sejarah."

***

Laga Atletico Madrid vs AC Milan pada matchday kelima Grup B Liga Champions di Estadio Wanda Metropolitano memasuki menit ke-87. Angka 0-0 terpampang di papan skor. Hasil imbang akan melenyapkan kans Milan lolos ke babak 16 besar.

Pada menit 87 juga, Franck Kessie meneror gawang Atletico dari sisi kiri. Setelah melirik kondisi kotak penalti, ia melepaskan umpan silang. Bola yang mengudara tepat di depan gawang Jan Oblak tiba-tiba disundul oleh Messias.

Bola mengalir deras ke arah gawang. Oblak yang sudah menjatuhkan badan, gagal menepis bola sundulan Messias. Skor pun menjadi 1-0 dan bertahan sampai wasit meniupkan peluit.

Gol itu bukan gol sembarangan. Gol itu mampu memperpanjang napas Milan di Liga Champions. Sedangkan bagi Messias, gol tersebut adalah anugerah dari Tuhan.

"Saya mendedikasikannya untuk keluarga dan teman-teman saya di Brasil, terutama kepada mereka yang percaya kepada saya dan yang memiliki keyakinan untuk membawa saya ke Milan. Saya memiliki jalan yang berbeda dengan orang lain. Jadi, saya dedikasikan gol ini untuk mereka," ucap Messias dilansir ESPN.

Berkat gol tersebut, nama Messias mulai bertalu-talu di dunia. Orang-orang pun terenyuh dengan perjalanan karier seorang Messias. Tidak terkecuali pelatih Milan Stefano Pioli.

"Ini adalah kisah yang luar biasa, tetapi saya pikir dia baru memulai. Dia memiliki kualitas dan gol itu akan memberinya lebih banyak kepercayaan."

Semoga Tuhan selalu memberkatimu, Messias!