Yang Pasti di Millerntor

Foto: @fcstpauli

Dari Millerntor, saya menyaksikan langsung St. Pauli meraih kemenangan ketiga beruntun musim ini. Meneruskan rekor positif di tahun baru dan di kandang sendiri.

Hamburg berkabut siang itu. Jarak pandang tipis, kadang turun gerimis. Sebenarnya ponsel pintar menunjukkan hari hanya akan berawan, tapi siapa yang bisa memprediksi cuaca di Hamburg?

Di tengah ketidakpastian soal apa yang akan turun dari langit, 29.456 penonton hadir ke Millerntor. Jika cuaca di Hamburg tak pernah pasti dan sulit diprediksi, Millerntor selalu menjanjikan satu hal buat pendukung tuan rumah yang datang: St. Pauli tak akan kalah di sini.

Sepanjang musim, hasil yang didapat St. Pauli jika berlaga di Millerntor hanyalah menang atau seri. Di Minggu siang ini, orang-orang berharap itu akan terjadi lagi. Hasil dari laga kandang terakhir vs Hannover diharapkan bisa diulangi.

Namun, tamu yang datang bukan tim sembarangan. Kaiserslautern datang ke Millerntor dengan bekal manis. Bukan hanya karena mereka ada di lima besar, tapi pasukan dari selatan ini juga punya catatan lima kemenangan beruntun sebelum bertandang ke Hamburg.

Kuatnya lawan yang datang tercermin dari apa yang terlihat di lapangan: St. Pauli kesulitan mengembangkan permainan, Fabian Hürzeler terlihat sangat sibuk di pinggir lapangan. Ia terus menepuk kedua tangan, menyemangati anak asuhnya yang kesulitan mengirim umpan ke depan.

Di lain waktu ia berteriak-teriak meminta timnya melakukan switch dari satu sisi ke sisi lain demi mendapat ruang kosong. Kaiserslautern siang itu memilih bermain menunggu––membiarkan St. Pauli melakukan build-up ke garis tengah lapangan, lalu kemudian melakukan pressing. Tak ayal selama setengah jam, St. Pauli cuma bisa melepaskan dua tembakan.

Hürzeler tahu bahwa tanpa switch, anak asuhnya akan sulit mendapat ruang kosong. Artinya tak akan ada serangan berbahaya. Terlebih karena pasukan depannya di-man-to-man marking oleh pemain belakang lawan. Belum lagi dengan fakta bahwa Kaiserslautern juga bermain spartan. 11 pelanggaran mereka lakukan di babak pertama untuk menghentikan aliran bola tuan rumah.

Babak kedua, St. Pauli berubah. Mereka tampil lebih berani. Banyak bola dibiarkan terarah ke half-space, Kaiserslautern diajak beradu pintar di ruang sempit. Jackson Irvine, yang di babak pertama bermain lebih dalam dan hanya menjadi jembatan, diberi kebebasan untuk merangsek naik ke depan.

Secara keseluruhan pola 3-4-2-1 tak diubah Hürzeler, hanya saja ia juga memberikan keleluasaan bagi pasukannya untuk mengubah pola jadi 4-2-3-1 atau 4-3-3 di tengah pertandingan. Dengan Erik Smith, yang di atas kertas bermain sebagai bek sentral di pola tiga bek, bisa naik untuk menemani Irvine di tengah. Memegang kontrol distribusi.

Keberanian mengokupasi half-space dan keluwesan dalam bergerak ini akhirnya berbuah manis. Smith sukses mengirim umpan manis yang menjadi assist untuk gol Connor Metcalfe. Umpan manis yang diselesaikan dengan manis pula. Gol yang kemudian jadi satu-satunya gol di laga ini.

Selepas laga, Hürzeler berkata bahwa saat jeda menuju babak dua, ia menginstruksikan anak-anak asuhnya untuk lebih berani masuk ke kotak penalti lawan. Lebih banyak menempatkan diri jadi opsi umpan di depan. Dan itu berhasil. Juga strategi counter-press yang ia bilang sengaja diterapkan untuk mengantisipasi serangan balik Kaiserslautern. Ini berbuah manis, St. Pauli tak kebobolan.

Ini adalah kemenangan ketiga beruntun St. Pauli sejak berganti tahun. Rekor sempurna yang mengantarkan mereka dari jurang degradasi ke posisi sembilan 2. Bundesliga. Kemenangan ketiga beruntun pula bagi Hürzeler yang baru ditunjuk di akhir 2022 untuk menggantikan Timo Schultz.

Hürzeler memang punya tugas berat. Jika definisi pusing buat orang-orang berusia 29 di Jerman adalah tentang bagaimana membayar tagihan asuransi yang bakal meroket ketika mereka menginjak kepala tiga, definisi pusing buat Hürzeler adalah tentang bagaimana ia mampu membawa St. Pauli konsisten bermain dengan karakter mereka, bermain baik, dan tak terdegradasi.

Sejauh ini, apa yang dilakukan pria Jerman yang juga punya kewarganegaraan Amerika Serikat ini cukup mengesankan. St. Pauli bermain solid, terutama dalam aspek bertahan (nirbobol di tiga laga terakhir). Saat menyerang, mereka yang rutin menyaksikan klub berlaga juga tahu bahwa saat ini lini depan lebih cair dan dinamis. Lebih banyak ide. Hürzeler, untuk saat ini, berhasil menghapus keraguan banyak orang.

***

Millerntor kembali menepati janji. St. Pauli tak kalah lagi. Malah kembali menang. Kemenangan yang, mengutip Irvine dalam wawancara setelah laga, paling memuaskan di antara dua kemenangan yang mereka raih sebelumnya (vs Nürnberg, vs Hannover). Irvine berkata bahwa itu karena pertandingan dan lawan yang mereka lalui kali ini amat-amat berat.

Irvine berjalan ke ruang ganti dengan sedikit pincang, tapi dari wajahnya saat meladeni wawancara kami, juga dari wajah Metcalfe dan Smith saat berhenti di mixed zone untuk melakukan wawancara, memang terpancar kepuasan dari kemenangan ini. Dua nama terakhir juga sepakat bahwa ini adalah laga yang berat dan bagaimana tim tamu berhasil membuat St. Pauli bermain lebih lambat di babak pertama.

Kemenangan juga terasa semakin manis karena di hari itu, St. Pauli tengah mengenakan jersei spesial. Jersei dengan tulisan “Kein Platz Für Rassismus” (tidak ada tempat untuk rasisme) di dada. Kampanye yang menunjukkan sikap klub yang selalu terbuka buat siapa pun dan selalu anti terhadap segala pelecehan rasial.

Sejak pertama datang, saya percaya bahwa itu memang bukan sekadar jargon. Itu satu hal yang sudah pasti ada di Millerntor. Dan kebetulan juga karena saya dan The Flanker bisa diterima dengan tangan terbuka untuk datang meliput pertandingan di sini. Dan itu bukan hanya satu kali saja.