Di Barcelona, Frenkie de Jong Melengkapi Diri

Foto: Twitter @FCBarcelona.

Perjalanan Frenkie de Jong bersama Barcelona tak selamanya mulus. Namun, berkat sejumlah faktor, De Jong akhirnya menemukan jalan yang lurus.

Manusia memang tidak ada yang sempurna. Namun, manusia selalu punya kesempatan untuk melengkapi kekurangan dalam diri. Kesempatan itulah yang didapat oleh gelandang Barcelona, Frenkie de Jong.

Sebagai gelandang tengah, kemampuan De Jong memang sudah tidak terbantahkan. Gelar Eredivisie dan KNVB Cup sukses ia persembahkan buat Ajax Amsterdam. Ia juga mengantarkan Ajax menjadi semifinalis Liga Champions 2018/19.

Bersama Timnas Belanda, ia juga tak kalah ciamik. De Jong merupakan bagian dari regenerasi skuat Oranje yang sukses masuk final UEFA Nations League 2019. Baik itu di Ajax ataupun Belanda, De Jong sudah terbiasa menjadi titik awal serangan tim.

Baru berusia 23 tahun, De Jong sudah mampu mengatur tempo permainan sedemikian rupa. Ia juga lihai memotori progresi permainan lewat umpan-umpannya yang terhitung dan akurat.

Akan tetapi, di Barcelona De Jong tidak bisa serta merta melakukan itu. Ia harus melakukan banyak penyesuaian terlebih dulu, terlepas dari status Barcelona sebagai klub “saudara” Ajax tetapi berbeda ibu.

***

Musim 2019/20, Barcelona menggaet De Jong dari Ajax. Klub asal Catalunya itu sukses memenangi perburuan De Jong, di tengah tim-tim besar Eropa yang juga meminati jasanya, tak terkecuali Paris Saint-Germain, yang disebut sudah hampir mendapatkannya.

Sejalan dengan hadirnya De Jong, berbagai pegadang-gadangan langsung tersemat pada diri pemain kelahiran Gorinchem itu. Penerus Sergio Busquets-lah, metronom permainan Barcelona yang baru-lah, hingga titisan Andres Iniesta. Pokoknya, macam-macam sebutan diberikan kepada De Jong.

Akan tetapi, sepanjang musim 2019/20, De Jong bisa dibilang mengalami pasang-surut. Di bawah asuhan Ernesto Valverde, ia tidak berkembang karena sepak bola Valverde terlalu pragmatis. Di bawah asuhan Quique Setien, ia jarang mendapatkan kepercayaan.

Padahal, secara statistik, De Jong tidak terlalu buruk. Ia menorehkan persentase umpan sukses sebesar 92% selama 2019/20. Sekadar informasi, hampir semua umpannya itu ia lakukan di area pertahanan lawan, dan arahnya ke depan.

Namun, ada beberapa hal yang akhirnya membuat musim pertama De Jong di Barcelona tidak begitu mulus. Paling kentara adalah masalah tabrakan peran. Ia dan Busquets merupakan arketipe pemain yang sama. Alhasil, kecenderungan cara main mereka pun sama, yaitu sama-sama ingin jadi titik awal serangan.

"Mereka (Busquets dan De Jong) terbiasa menjadi titik awal permainan tim. Tendensi macam ini akhirnya menciptakan ketidaknyamanan saat keduanya bermain bersama," ujar jurnalis asal Barcelona, Didac Peyret.

Selain itu, belum ada kesepahaman yang terjalin antara De Jong dan pemain Barcelona lain. Paling kentara soal progresi permainan. Saat De Jong ingin serangan diteruskan dengan umpan satu-dua, pemain Barcelona yang lain gagal menangkap makna tersebut.

Alhasil, De Jong begitu frustrasi di musim pertamanya bersama Barcelona ini. Ia merasa bagus, tetapi sebenarnya ia merasa bisa jadi lebih bagus lagi jika ada kesepahaman yang tercipta. Hal inilah yang ditangkap oleh pelatih baru Barcelona musim ini, Ronald Koeman.

***

Koeman sudah tidak asing dengan talenta De Jong. Ia sering melihat aksi-aksi De Jong ketika menjadi motor permainan Timnas Belanda. Semestinya, Koeman tahu bagaimana cara memanfaatkan De Jong.

Dalam balutan skema dasar 4-2-3-1, Koeman berencana menduetkan Busquets dan De Jong. Di sini, ia tidak belajar dari kesalahan para pelatih Barcelona sebelumnya. Permainan tim mandek, karena Busquets dan De Jong sering bertabrakan peran.

Koeman akhirnya menyadari itu dan mencari formulasi baru. Ia pun menguji sebuah skema baru untuk memaksimalkan kemampuan De Jong, yakni skema dasar 4-3-3. Dalam skema itu, ia menempatkan De Jong sebagai gelandang kiri dan Pedri sebagai gelandang kanan dengan peran box-to-box. Busquets tetap menjadi poros tunggal.

[Baca Juga: Pedri si Anak Pulau]

Hasilnya baik. Permainan Barcelona menjadi lebih dinamis. Seringnya De Jong dan Pedri membantu serangan, terutama mengalirkan bola di area sepertiga akhir lawan, membuat trio lini serang Barcelona, termasuk Lionel Messi, terbantu.

Tidak cuma itu, Messi juga jadi punya banyak opsi umpan saat ia harus mundur menjemput bola. Ada De Jong dan Pedri yang siap menerobos kotak penalti lawan, selain dua winger.

Khusus buat De Jong, peran ini membuatnya jadi gelandang tengah yang lebih lengkap. Jika biasanya ia cenderung bermain lebih dalam dan senang beroperasi di dasar lini tengah, kini ia punya kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya yang lain.

De Jong menjadi gelandang yang sanggup menerobos kotak penalti lawan, sekaligus juga menyelesaikan peluang bila perlu. Perannya kini jadi lebih lengkap. Koeman pun senang karena opsi permainan buat Barcelona bertambah.

"Saya sudah bicara banyak dengannya supaya ia meningkatkan aspek serangannya. Kini, ia jadi gelandang tengah yang lebih lengkap jika dibandingkan saat ia bermain di Ajax," ujar Koeman.

***

Manusia sejatinya memang makhluk yang “menyeramkan”. Bukan karena dalam diri manusia terdapat sisi-sisi kelam, melainkan kemampuan mereka untuk mempelajari dan beradaptasi dengan sesuatu. Hal itulah yang membikin manusia tak terbatas.

Ketika Haruichi Furudate membuat manga ‘Haikyu!!’, ia juga ingin memperlihatkan bagaimana manusia bisa beradaptasi. Tengok Hinata Shoyou. Badan kecil, tak ada perawakan atlet voli sama sekali. Namun, keinginannya untuk terus belajar membawanya jadi salah satu atlet voli kenamaan Jepang. Ia selalu memanfaatkan setiap kesempatan untuk belajar.

Kesempatan itu yang kini mesti dimanfaatkan oleh Frenkie de Jong. Dengan kemauan untuk belajar dan berkembang, Barcelona tentu akan menjadi tempat menyenangkan untuk belajar, laiknya Hinata bersama Karasuno.