Leao Bukan Pembelian Impulsif Milan

Foto: Instagram @iamrafaeleao93.

Sepak bola Leao adalah gabungan dari kegembiraan, gairah, rasa penasaran, dan keinginan untuk menjadi hebat.

Sepak bola itu sama saja dengan tanah lainnya. Jika masih muda, kau akan sering dipandang sebelah mata. Orang-orang tidak bersabar dengan masa mudamu. Ia ingin kau segera matang, ia ingin kau segera bertumbuh menjadi manusia tangguh. Rafael Leao pun merasakannya.

Namun, gol 6,2 detik ke gawang Sassuolo yang membikin orang-orang bergidik ngeri itu ibarat pertanda pertama bahwa Leao adalah pemain tepat untuk AC Milan. Mereka tak keliru memberikan tempat kepada pemain yang sempat diragukan publik karena inkonsistensinya itu. Kini Leao berhasil mengunci pos winger kiri dalam formasi 4-2-3-1 atau 4-3-3 kesukaan Stefano Pioli.

Potensi Leao sebenarnya terendus ketika ia masih menjadi pemain akademi Sporting CP di Lisbon. Akademi itu begitu masyhur, berhasil mencetak bintang-bintang lapangan. Cristiano Ronaldo merupakan salah satu di antaranya.

Leao lantas mengambil keputusan radikal dalam hidupnya ketika masih hijau. Ia memutuskan kontrak dengan Sporting dan melangkah ke Lille. Apes, karier Leao di Lille tak berjalan mulus. Inkonsistensi lantas menjadi nama tengahnya hingga Milan datang mengulurkan tangan.

Manajemen Milan dicap impulsif akan keputusan mendatangkan Leao pada 2019. Setelah Marco Giampaolo hengkang, taktik Pioli dipertanyakan hampir setiap kali ia memainkan Leao. Namun, kesabaran Pioli membuahkan hasil. Di tangannya, Leao bertumbuh menjadi pemain hebat, menjadi salah satu kunci serangan mematikan Milan.

Mampu memberikan umpan yang akurat, Leao menguasai seni menyerang dengan kecepatannya yang luar biasa. Kualitas ini mulai terlihat sejak 2020. Dribel adalah atribut yang memampukan Leao menjadi kunci serangan Milan dalam periode sekarang. Mengutip FBref, ia membuat 17 dribel yang berujung pada tembakan (dribSCA) di sepanjang Serie A 2021/22. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi di Serie A 2021/22 hingga saat ini. 

Atribut itu menunjukkan bahwa Leao tidak asal mendribel atau sering-sering menggocek bola. Yang dilakukannya adalah memastikan bahwa dribel-dribelnya efektif. Ada banyak pemain yang jago mendribel, masalahnya apakah dribel itu bisa berujung pada serangan atau tidak. Inilah yang membedakan Leao dengan pemain kebanyakan.

Lucunya, dalam wawancaranya bersama Nicky Bandini di The Guardian, Pioli mengutarakan bahwa ia pernah khawatir dengan kebiasaan dribel Leao tersebut. Saat berusaha melawan pemain bertahan atau membawa bola ke depan, Leao sering kedapatan tersenyum. Saking mencoloknya, senyuman itu bahkan cukup sering tertangkap mata para suporter.

Bagi Pioli, itu bukan aura congkak, tetapi manifestasi kebutuhan Leao untuk tetap bersenang-senang di atas lapangan sepak bola, bahkan dalam keadaan genting.

"Pada awalnya, kebiasaan Leao itu membuat saya sedikit khawatir. Belakangan saya menyadari bahwa memang mukanya saja yang begitu. Bukankah tersenyum adalah hal yang indah? Bukankah menjadi diri sendiri adalah hal yang indah?" jelas Pioli kepada The Guardian.

"Bersenang-senang adalah perkara fundamental. Toh, itulah yang kita cari selama ini, 'kan? Kita memang harus serius menghadapi segala sesuatu dan tetap bersikap profesional. Namun, sepak bola juga berbicara tentang renjana, tentang kesenangan. Saat melatih tim muda, Anda harus menanamkan antusiasme. Dan apa yang Anda tanam sudah seharusnya Anda tuai di atas lapangan," papar Pioli.

Sepak bola tak selamanya indah. Namun, jika ada satu hal yang pantas hidup di dalam ingatan pemain muda seperti Leao, itu adalah kegembiraan ketika kau turun arena. Mengolongkan bola ke sela-sela kaki lawan, mencetak gol, mengontrol bola dengan sisi terdalam paha, mengumpan, mempermainkan defender lawan dengan gocekan, semuanya harus dimainkan dengan riang. Jika tak ada lagi kegembiraan, buat apa sepak bola terus-menerus ada?

Menyaksikan Leao bermain dengan tersenyum seperti menonton anak-anak kecil berlari mengejar bola plastik di lapangan yang bentuknya tak karuan. Si anak bisa saja terluka karena terjatuh, tetapi kilatan mata yang datang berbarengan dengan senyumannya menegaskan bahwa sepak bola menjadi berharga ketika ia berasal dari gabungan antara kegembiraan, gairah, rasa penasaran, dan keinginan untuk menjadi hebat.

Walau bermain dengan riang gembira, bukan berarti Leao main-main setiap kali turun arena. Pergerakan Leao--terutama di sayap kiri--memampukannya melepas 37 shot-creating action (SCA) dengan 8 gol dan 4 assist. Bersama Olivier Giroud dan Zlatan Ibrahimovic ialah topskorer sementara Milan di Serie A 2021/22 saat ini.

Meski tak selalu, Leao dapat diandalkan sebagai otak kreativitas Milan. Untuk peran ini, Milan pun memiliki Sandro Tonali di sektor gelandang. Leao adalah pemain sayap kiri yang sesuai dengan tren eksplosivitas sisi sayap di sepak bola modern. Winger modern dituntut mampu melakukan cutting inside, sedangkan full-back mesti aktif membantu serangan. Striker juga ditugaskan untuk bermain lebih dalam. Lini tengah tak luput dari modernisasi. Gelandang box-to-box dan deep-lying playmaker makin sering bermunculan pada era terkini.

Utilitas ganda para gelandang itu memudahkan para pelatih memaksimalkan sisi sayap. Para gelandang bakal menutup ruang kosong saat full-back melakukan overlap. Itulah sebabnya, tim dengan serangan sayap tokcer biasanya ditopang oleh striker serba-bisa dan gelandang berfitur lengkap.

Dari sini, produktivitas Leao meningkat. Terlebih, Pioli adalah pelatih yang menitikberatkan serangannya di area kiri. Karena itu, tak jarang Leao menjadi tokoh sentral. Selain itu, Leao dapat diandalkan dalam mengonversi peluang. Daya ledak itu terbukti dari capaian 8 golnya tadi yang melebihi ekspektasi golnya (xG) yang ada di angka 6,4.

Pun demikian dengan kreativitasnya yang dapat diukur dari ekspektasi assist (xA) yang ada di angka 2,6. Jangan lupa, hingga kini Leao sudah membuat 4 assist di Serie A alias yang tertinggi kedua di Milan. Atas segala hal yang dapat diberikan Leao kepada Milan tersebut, perpanjangan kontraknya menjadi perkara yang mengasyikkan. Terlebih, usianya juga masih muda, 22 tahun. 

Milan memang berbenah. Mereka masih menggunakan pemain-pemain veteran seperti Ibrahimovic maupun Giroud. Namun, investasi jangka panjang pun turut dilakukan. Tak heran jika sekarang skuad ini jauh lebih segar. 

Milan agaknya tak mau lagi jorjoran mendatangkan pemain bersinar di masa lalu. Bagaimanapun, yang sekarang jauh lebih penting. Karena itulah memeram pemain-pemain muda seperti Leao dianggap sebagai langkah strategis dan menjanjikan buat Milan. Toh, yang lama telah berlalu dan yang baru sudah datang.