Manchester City vs Arsenal: Titik Balik The Gunners?

Selebrasi Arsenal saat melawan West Bromwich. Foto: @arsenal.

Jika merujuk rekam jejak, The Gunners berpotensi mencatatkan kekalahan beruntun dalam tiga pekan awal Premier League untuk kali pertama sejak 1954/55.

Banyak catatan kurang sedap bagi Arsenal sebelum berlaga melawan Manchester City pada pekan ketiga Premier League di Stadion Etihad, Sabtu (28/8/2021).

Sudah 10 kali Arsenal terjungkal dari City dalam 11 pertandingan terakhir di lintas ajang. Satu-satunya kemenangan Arsenal dalam rentang waktu itu terjadi pada 18 Juli 2020. Saat itu, Arsenal menang dua gol tanpa balas pada semifinal Piala FA.

Stadion Etihad pun merupakan tempat angker bagi Arsenal. Mereka selalu menelan kekalahan dalam lima laga terakhir di kandang The Citizens dengan catatan 5 gol dan 14 kali kebobolan.

Jika merujuk rekam jejak tersebut, The Gunners berpotensi mencatatkan kekalahan beruntun dalam tiga pekan awal Premier League untuk kali pertama sejak 1954/55. Ya, dua laga sebelumnya di Premier League, Arsenal nihil kemenangan dan gol.

Bertahan, Bertahan, dan Menyerang

Mikel Arteta boleh tersenyum dengan kembalinya Pierre-Emerick Aubameyang dan Martin Odegaard. Keberadaan dua pemain itu membuat keran gol Arsenal mulai terbuka musim ini.

Kemenangan enam gol tanpa balas atas West Bromwich di Piala Liga Inggris bisa jadi rujukan. Dalam pertandingan itu, Aubameyang merangkum 3 gol dan satu asis. Sedangkan, Odegaard menorehkan satu asis.

Namun, Arsenal patut mewaspadai agresivitas City. City kemungkinan akan menerapkan formasi 4-3-3. Saat mode menyerang, skuat asuhan Pep Guardiola tersebut memakai skema 2-3-5 atau 3-2-5.

Keberadaan lima pemain di dalam maupun sekitar kotak penalti membuat serangan City meletup-letup. Mereka selalu mempunyai banyak opsi untuk menggetarkan jala gawang. Baik itu dari sisi kanan-kiri maupun tengah. Intinya, City ala Guardiola adalah tim yang biasa mengeksploitasi ruang di channel, entah itu kedua sayap, area tengah, atau halfspace.

Untuk membendung agresivitas City, Arsenal mesti bermain dengan garis pertahanan rendah dan menumpuk pemain di pertahanan. Arsenal dapat mengandalkan dua gelandang, Granit Xhaka dan Albert Sambi Lokonga, untuk menjadi palang pintu pertama pertahanan.

Aksi defensif Xhaka dan Lokonga pun tergolong mumpuni. Jika diakumulasikan, dua pemain itu merangkum 3 tekel dan 3 intersep per 90 menit musim ini.

Selain dua pemain itu, bek sayap Arsenal harus fokus menggalang kekuatan di lini belakang dan mengurangi agresivitas untuk membantu serangan. Kieran Tierney memang diragukan bisa tampil, tetapi Arsenal masih mempunyai Nuno Tavares.

Tavares bertipikal agresif, cepat, dan punya kemampuan menggiring bola yang sangat mumpuni. Umpan-umpan silang Tavares bisa melayani pemain depan. Ia kerap berada cukup tinggi ketika tim menguasai bola.

Akan tetapi, aspek bertahan Tavares pun tidak bisa diragukan. Musim lalu, ia membuat rerata 3,2 tekel dan intersep per 90 menit. Kemampuan Tavares tersebut sangat krusial bagi Arsenal untuk meredam serangan City.

Setelah fokus bertahan, Arsenal bisa melancarkan serangan balik yang cepat. Untuk melakukan progresi serangan, Arsenal dapat memanfaatkan kemampuan Xhaka dan Lokonga dalam mengirim umpan panjang.

Saat memasuki area pertahanan City, Arsenal punya Aubameyang, Odegaard, dan Nicholas Pepe, yang punya kecepatan. Ketiga pemain itu sudah dipastikan akan membuat lini belakang City kelimpungan.

Musim ini, City masih memiliki persoalan dalam menahan serangan balik yang cepat. Laga perdana Premier League 2021/22 saat melawan Tottenham Hotspur bisa menjadi buktinya.

Dalam laga tersebut, City tampil dominan dengan penguasaan bola mencapai 65,6 persen dan 18 tembakan. Meski begitu, Hotspur lah yang keluar sebagai pemenang dengan skor 1-0 berkat sepakan Son Heung-Min pada menit 55.

Sebelum gol terjadi, City beberapa kali kewalahan mengadang serangan balik Hotspur. Pada menit 40, misalnya, usai menerima umpan dari lini belakang, Lucas Moura mengiring bola dengan cepat. Ia kemudian menyodorkan umpan kepada Son Heung-min.

Saat pemain Korea Selatan menguasai bola, situasi tiga lawan tiga terjadi di sekitar kotak penalti. Situasi itu terjadi karena jarak antara bek dan gelandang City sangat jauh. Son dapat menguasai bola dengan leluasa sebelum melepaskan tendangan.

Persoalan City itulah yang dapat dimanfaatkan Arsenal: Perkuat pertahanan, dan lancarkan serangan balik yang cepat. Meski belum bisa tampil dengan skuat terbaik karena cedera dan COVID-19, Arsenal masih memiliki komponen untuk melakukan itu semua.

Sisi Kanan City

City punya kans besar menang dalam laga tersebut. Apalagi, kepercayaan diri skuat asuhan Pep Guardiola ini sedang tinggi-tingginya. Mereka memang mengawali Premier League dengan kekalahan, tetapi pekan berikutnya, City melibas Norwich City lima gol tanpa balas.

Usai laga tersebut, Guardiola banyak bicara soal temuan-temuan yang ia dapatkan untuk mempertajam lini depan. Pertama, eks pelatih Barcelona itu bisa memainkan Gabriel Jesus sebagai penyerang sayap kanan.

Intuisi Jesus sebagai penyerang sayap sangat tajam. Pemain berkebangsaan Brasil itu tahu kapan harus berlari ke ruang kosong atau mendekati pemain yang menguasai bola ketika menyerang. Koneksi Jesus dan Kyle Walker di sisi kanan tergolong oke. Kedua pemain itu saling memahami.

Walker tahu kapan harus menyodorkan terobosan ke belakan bek sayap. Pun demikian dengan Jesus. Ia paham betul kapan waktu berlari cepat mengejar bola.

Daya ledak Jesus turut ditopang oleh Bernardo Silva. Pergerakan tanpa bola pemain Portugal itu mampu merusak bentuk pertahanan lawan dan menciptakan ruang yang bisa dimanfaatkan Jesus.

Keberadaan Jesus dan Walker menjadi sangat krusial dalam serangan sisi. Hal itu karena bek sayap kiri Arsenal, yang berhadapan dengan Jesus dan Walker, akan bermain lebih ke depan. Sebab, 47 persen serangan Arsenal selalu bersumber dari sisi kiri.

Selain Jesus, Guardiola mengklaim sudah mulai menemukan pemain yang cocok untuk mengisi pos penyerang tengah. Menurut Guardiola, Raheem Sterling dan Ferran Torres bisa menjadi pilihan. Pemain yang disebut terakhir, kata Guardiola, punya kepekaan luar biasa untuk mencetak gol.

Keistimewaan Torres adalah keserbabisaannya. Ia merupakan pemain yang bisa menyerap apa yang Guardiola mau. Musim ini, Guardiola tentu mau Torres menjadi pengakhir serangan dan bergerak lebih banyak ke arah gawang lawan.

Itu bisa menjadi salah satu cara City buat mencetak gol ke gawang Arsenal. Saat Torres bergerak ke depan gawang, Jesus siap menyodorkan umpan silang bawah.