Saat Gareth Bale Terbangun

Twitter @@GarethBale11

Hanya cedera musuh bebuyutan Gareth Bale. Takrif ini bukan sekadar bualan. Saat kondisi tubuhnya prima, Bale tak terhentikan.

“..tidak ada satu pun manajer di dunia yang tidak memainkan Gareth Bale jika dia dalam kondisi fit, tidak ada satu pun. Sekarang, dia lebih baik dari sebelumnya.”

Seperti biasanya, Jose Mourinho selalu menyisipkan duri dalam pernyatannya selepas laga. Kali ini Zinedine Zidane sasarannya. Pasalnya, bukan rahasia lagi kalau pelatih pelontos itu adalah salah satu pemicu Bale angkat kaki dari Real Madrid. Semakin ke sini menit bermainnya semakin menipis. Pada La Liga musim 2019/20, cuma 16 kali Zidane memasang jagoan Timnas Wales itu.

Padahal, dedikasi Bale tak cukup dihitung dengan jari. Pada lima musim pertamanya, Bale rata-rata menyumbangkan 14 gol sekaligus membantu Madrid dua kali menjadi kampiun La Liga. Sementara aksinya pada final Liga Champions 2018 tak lekang dari ingatan. Jika bukan karenanya, Madrid bisa-bisa gagal juara. Alumnus Southampton itu mencetak 2 dari 3 gol El Real ke gawang Liverpool dan dianugerahi Man of the Match.

Bale nyaris pergi dari Madrid pasa musim panas 2019/20. Adalah klub asal China, Jiangsu Suning, yang mencoba meminangnya. Akan tetapi, transaksi itu batal karena Madrid mengurungkan niatnya di menit-menit akhir.

Dari situ intrik mulai meletup. Madrid dan Bale tak saling anggap dengan caranya masing-masing. Madrid makin sering mencadangkannya. Bale tak mau kalah. Dia bikin ulah untuk menunjukkan ketidakbetahannya di bench. Salah satunya, ya, tidur dengan masker yang ditarik sampai ke mata.


Sampai akhirnya Tottenham Hotspur menampung Bale pada musim panas 2020. Bale dan Madrid layak berterima kasih pada Daniel Levy atas terealisasinya transaksi ini. Bos Tottenham itu turun langsung untuk bernegosiasi dengan agen Bale, Jonathan Barnett. Lantas, jadilah Bale pulang ke Tottenham setelah tujuh tahun bermain di Spanyol.

Memang transaksi itu cuma sebatas peminjaman. Meski begitu, biaya yang dikeluarkan klub London Utara itu tak sedikit. Setidaknya, Tottenham menanggung 40% dari gaji Bale di Madrid yang berkisar 260 ribu poundsterling per pekan. Jumlah itu masih lebih besar dari upah Harry Kane yang ada di angka 200 ribu poundsterling.

Langkah Tottenham ini bisa dibilang sebagai perjudian. Bale yang sekarang belum tentu sama dengan Bale delapan musim lalu—saat menjadi topskorer Tottenham. Sebelum hengkang ke Madrid, Bale terlibat atas 37 gol Tottenham di lintas kompetisi. Rincinya 26 gol dan 11 assist. Jumlah itu hanya kalah dari Juan Mata (Chelsea) dan Robin van Persie (Manchester United) yang berkontribusi sebanyak 49 dan 39 gol buat masing-masing timnya.

Umur Bale sudah 31 tahun sekarang. Makin sering pula dia dibekap cedera. Bahkan, Bale masih menjalani pemulihan cedera saat didatangkan pada September 2020.Transfermarkt mencatat Bale sudah mengalami cedera selama 57 hari saat berstatus sebagai pemain Tottenham. Makanya menit bermainnya di Premier League cuma menyentuh 364—terendah keempat di antara seluruh rekan-rekan setimnya.

Ini yang kemudian memicu Mourinho mengeluarkan pernyataan di atas tadi. Semacam orgasme atas performa Bale yang dia tunggu-tunggu. Bayangkan saja, mendatangkan pemain hebat dan mahal, malah rutin cedera dan gagal moncer. Penantian panjang itu akhirnya tandas di Premier League pekan 26 lalu, saat Tottenham menang 4-0 atas Burnley.


Tampil sejak menit pertama, Bale mengumpulkan dua gol dan satu assist. Asal tahu saja, brace itu menjadi yang pertama sejak kepulangannya ke London. Bila dikalkulasi, Bale berkontribusi atas 7 gol dari 4 laga terakhirnya di lintas ajang. Lebih tepatnya, 4 gol dan 3 assist. Sudah ratusan hari berlalu Bale tak segacor ini. Brace terakhirnya tercipta pada September 2019, kala Real Madrid imbang 2-2 dengan Villarreal di Estadio de la Ceramica.

Kembalinya Bale dalam trek terbaiknya bisa menjadi penawar sempurna buat Tottenham yang lagi sakit-sakitan. Kemenangan menjadi sesuatu yang langka buat mereka. Sejak akhir Januari, The Lilywhites 5 kali takluk dari 7 pertandingan Premier League. Itu belum ditambah dengan kekalahan dari Everton di Piala FA.

Semuanya bermuara berawal dari tumbangnya Harry Kane di pekan 20. Dari situ produktivitas Totttenham mengalami penurunan. Mereka nihil gol di dua laga beruntun. Hugo Lloris cs. sempat bangkit di pertandingan selanjutnya. Kane yang sudah pulih, berhasil menyumbang satu gol saat Tottenham menghajar West Bromwich dua gol tanpa balas.

Tapi, ya, cuma itu yang bisa dibanggakan. Gerombolan Mourinho tersebut kembali keok, dua kali beruntun malah. Dari Manchester City 0-3 dan West Ham United 1-2. Tren negatif itu membuat mereka melorot ke peringkat 9 klasemen.

Hasil sergut ini menegaskan bahwa Tottenham tak semestinya mengandalkan Kane dan Son Heung-min saja. Harus ada satu-dua orang lagi perajin gol. Dan Bale adalah jawaban sempurna untuk itu.

[Baca: Hampa Tottenham Tanpa Kane dan Son]

Lalu, bagaimana Mourinho menggunakan Bale?

Nah, ini yang unik. Mourinho tidak berusaha untuk mengotak-atik peran Kane dan Son. Tak ada alasan kuat untuk itu. Sinergi keduanya sudah enggak keruan bagusnya. Kalkulasi jumlah gol mereka menyentuh 27 atau lebih dari setengah gol Tottenham di Premier League sejauh ini.

Begini, Kane masih mengemban porsi sebagai playmaker dan tetap menjemput bola ke tengah. Sementara Son mengover posisi Kane sebagai penyerang. Dia bergerak dari sayap untuk memaksimalkan bola dari lini kedua. Makanya jangan heran kalau eks Bayer Leverkusen justru itu kerap berada di depan Kane.

Di duel lawan Burnley lalu, Bale dipasang di pos sayap kanan, melengkapi Son dan Lucas Moura. Pada praktiknya, dia justru intens bermain lebih dalam. Berbeda dengan Moura yang punya area gerak lebih ofensif. Tercatat Bale cuma melakukan 11 sentuhan di sepertiga pertahanan lawan. Jumlah itu tak genap dari seperlima total sentuhannya pada pertandingan tersebut.

Foto: Heatmap Bale di laga lawan Burnley

Itulah mengapa catatan aksi defensif Bale lumayan mentereng. Dia terekam melakukan sekali aksi blokade di sisi kiri pertahanan Tottenham. Jumlah itu setara dengan Serge Aurier dan Davinson Sanchez.

Tak hanya itu, Bale juga mencatatkan 2 sapuan—cuma keempat bek Tottenham yang punya catatan lebih dari itu. Menariknya, sepasang clearance itu berasal dari kotak penalti Tottenham. Cukup menggambarkan betapa dalamnya posisi main Bale.

Namun, jangan salah. Justru dari situ Mourinho memfungsikan spesialisasi Bale. Semakin ke dalam area kerjanya, semakin mudah pula dia dalam menginisiasi serangan. Lebih tepatnya, untuk mengakomodir serangan balik andalan Mourinho.

Skema itu tertuang di gol kedua Tottenham. Usai menerima bola dari Pierre-Emile Hojbjerg, Bale melepaskan umpan jauh yang kemudian sukses dieksekusi Kane. Dalam fragmen ini, apa yang diperagakan Bale mirip-mirip dengan peran deep lying midfielder atau ball playing defender alih-alih sebagai winger.

Kalau biasanya, Tottenham bakal menggunakan kombinasi Kane-Son dalam skema semacam ini. Kane sebagai pelontarnya, sedangkan Son bertugas untuk mencari ruang di depan. Meski konsekuensinya, Son bakal menghadapi lebih dari satu pemain di sepertiga area pertahanan musuh.

Lain cerita dengan adanya Bale ini. Son tak lagi sendirian karena Kane bisa turut membantu membiaskan kawalan lawan. Dalam situasi tadi, Kane dan Son relatif unggul karena cuma dikawal tiga pemain Burnley.

Hanya itu? Oh, tentu saja tidak. Jangan sampai lupa kalau Bale adalah salah satu dari sedikitnya inverted winger mumpuni. Dengan kata lain, dia mafhum betul bagaimana caranya merangsek ke jantung pertahanan lawan sekaligus memproduksi gol lewat kaki terkuatnya.

Toleh saja gol keduanya ke gawang Burnley. Bale bergerak dari belakang tanpa kawalan. Setelah menerima umpan Son, dia melakukan sekali sentuhan sebelum melepaskan tendangan kaki kirinya. Nick Pope cuma bengong melihat bola bergerak melintir ke gawangnya.


Memang, lawan Tottenham kemarin cuma Burnley, klub yang sekarang nangkring di peringkat 15 klasemen Premier League. Namun, jangan juga meminorkan kredibilitas The Clarets. Biarpun begitu, mereka punya pertahanan yang sebenarnya enggak jelek-jelek amat. Sekarang Burnley sudah kebobolan 34 kali atau sama banyaknya dengan Liverpool.

Teruntuk Mourinho, sekarang dia sudah boleh tersenyum. Rentetan dua kekalahannya di Premier League telah putus. Margin kemenangan 4 gol ini juga jadi yang terbesar setelah kesuksesan Tottenham menghajar Manchester United 6-1 pada Oktober lalu.

Kebangkitan Bale mungkin sangat terlambat. Kans juara Tottenham di musim ini sudah keburu punah. Tapi, masih lebih baik daripada tidak sama sekali. Ketimbang terombang-ambing di papan tengah seperti sekarang.