Sejak Awal Memang Keliru Menyebut Bayern Muenchen Sempurna

Foto: Situs resmi FC Bayern

Meski tampil luar biasa sepanjang musim, sejak awal Bayern menunjukkan bahwa ada sejumlah aspek dalam diri mereka yang masih rentan. Dalam satu laga, Gladbach mengekspos semuanya dengan sempurna.

Kekalahan telak 0–5 Bayern Muenchen dari Borussia Moenchengladbach dengan cepat mengubah opini orang-orang: Bahwa Bayern bukan tim yang sempurna, bahwa Bayern tidak sebagus yang dikira.

Anggapan itu muncul karena apa yang Bayern tunjukkan sebelumnya. Dalam 14 pertandingan di seluruh kompetisi musim ini, 12 di antaranya berhasil mereka menangi. Makin mencengangkan lagi torehan itu karena Bayern sanggup bikin 60 gol dan cuma kebobolan sembilan kali.

Semua kegemilangan tersebut beriringan dengan capaian individu. Leroy Sane dan Alphonso Davies kembali menemukan bentuk terbaiknya, Robert Lewandowski dan Thomas Mueller tetap berbahaya seperti biasa, kemudian ada Manuel Neuer, Joshua Kimmich, Lucas Hernandez, dan sebagainya.

Di antara semuanya, Julian Nagelsmann dianggap sebagai pemicu utama. Semua capaian spektakuler itu memang terjadi sejak kedatangannya. Bahkan lini serang yang musim lalu sudah sedemikian mengerikan ia sulap menjadi lebih berbahaya. Begitu pula lini belakang yang kini tampak sekokoh baja.

Singkat cerita: Sempurna. Namun, satu pertandingan di Borussia Park tengah pekan lalu mengubah semua pandangan itu.

Sebenarnya bukan hal berlebihan karena Bayern memang tampil buruk di markas Gladbach. Tak cuma karena lima gol yang mereka terima, tetapi juga karena penampilan buruk di atas lapangan. Yang justru keliru adalah anggapan sebelumnya yang mengira bahwa Bayern adalah tim sempurna.

Sejak awal musim, pasukan Julian Nagelsmann sudah menunjukkan bahwa ada sejumlah aspek dalam diri mereka yang masih rentan. Melawan Borussia Dortmund di Piala Super Jerman, misalnya, lini belakang cukup kerepotan meladeni kecepatan Erling Haaland. Sebelumnya, Bayern bahkan bermain imbang dengan tim yang baru saja membantai mereka belum lama ini.

Salah satu penyebabnya adalah masalah klasik musim lalu: lini belakang. Musim ini, Bayern yang tetap bermain dengan pressing ketat dan garis pertahanan tinggi masih rentan terekspos. Makin bermasalah lagi karena tak jarang mereka kehilangan bola di area berbahaya.

Gol Gladbach pada laga perdana Bundesliga musim ini berawal dari cara itu. Saat kalah dari Frankfurt di Allianz Arena, gol kedua yang mereka derita juga berawal dari kehilangan bola. Kala itu, Djibril Sow memanfaatkan kesalahan umpan Bayern sebelum mengirim bola ke arah Filip Kostic yang mencetak gol.

Hal-hal demikian bisa terjadi karena saat kehilangan bola, ruang di pertahanan akan sangat terbuka lantaran dua bek tengah masih dalam situasi menguasai bola, yang artinya berada di posisi yang tinggi. Dalam kondisi seperti itu Bayern sangat rentan dieksploitasi lewat umpan-umpan terobosan.

Yang bikin kondisi itu lebih baik ketimbang musimnya Hansi Flick adalah duet Hernandez dan Dayor Upamecano. Statistik keduanya mengesankan. Hernandez punya rata-rata 1,8 tekel sukses dan 1,2 intersep. Sementara itu, Upamecano menorehkan 2,6 tekel sukses dan 1 intersep per laga.

Solidnya penampilan mereka, terlebih keduanya juga terbilang cepat, sampai membuat Nagelsmann memberi kebebasan kepada Alphonso Davies untuk berkreasi di lini serang. Hasilnya positif karena Davies sudah mencatatkan tiga assist musim ini. Saat bertahan pun, ia juga tak mengecewakan.

Namun, pada hari-hari tertentu, area yang dikawal Davies justru kerap jadi sasaran lawan. Gol Gladbach pada laga perdana Bundesliga tak akan terjadi jika Davies tidak naik terlalu tinggi. Saat bersua di DFB Pokal, Gladbach kembali mengekspos area tersebut. Kali ini tak sekali, tetapi berkali-kali.

Pada laga itu Gladbach merangkum semua kelemahan Bayern dengan sempurna. Mereka amat cermat memanfaatkan garis pertahanan tinggi Bayern, paham betapa Die Roten begitu rentan saat kehilangan bola di area sendiri, serta menyadari titik lemah di sisi kiri yang dikawal Davies.


Satu kelemahan lain yang juga terekspos adalah Upamecano. Meski statistik bertahannya secara keseluruhan musim ini amat menonjol, bek tengah asal Prancis itu kerap kewalahan pada momen krusial yang kebanyakan ketika berduel satu lawan satu dengan lawan.

Persoalannya adalah saat menghadapi para pemain yang cepat dan kuat secara fisik. Masuk akal jika ia kelabakan tatkala bersua para pemain seperti Erling Haaland. Melawan Gladbach, kekurangan itu juga terlihat pada gol keempat yang dicetak oleh Breel Embolo.

Nagelsmann turut mengomentari situasi ini usai laga kontra tim asuhan Adi Huetter tersebut.

“Dia banyak bekerja dengan tubuh dan kecepatannya. Ketika bermain menghadapi lawan yang tidak begitu kuat, maka dia adalah salah satu pemain terkuat saat berduel.”

“Sementara saat dia bermain melawan pemain seperti Embolo, yang kuat dan cepat secara fisik, dia perlu mengubah gaya bertahannya. Dia cerdas. Dia tahu harus beradaptasi dengan gaya main lawan. Dia masih muda dan akan terus belajar,” jelas Nagelsmann.

Upamecano ditarik keluar tepat setelah ia kalah berduel dengan Embolo. “Jika Anda kalah dalam lima duel sebagai bek dan memenangkan lima duel, itu bisa terlihat buruk,” tutur Nagelsmann lagi.

Terlepas dari itu, Bayern terlihat mengalami masalah kebugaran. Yang cukup mencolok adalah Leon Goretzka. Sebelum laga, ia memang diragukan turun. Pada akhirnya Goretzka ditarik keluar pada awal babak kedua usai tampil buruk karena kerap telat membantu pertahanan.

Hal demikian seolah menunjukkan pada Nagelsmann bahwa rotasi guna menjaga kebugaran pemain mesti lebih ia soroti. Apalagi beberapa nama benar-benar selalu tampil untuk Bayern musim ini, termasuk Joshua Kimmich, Manuel Neuer, dan Robert Lewandowski.

Melihat skuad saat ini, Nagelsmann bukannya tak punya opsi. Di bangku cadangan ia punya sejumlah pilihan seperti Marcel Sabitzer dan Corentin Tolisso hingga Josip Stanisic dan Eric Maxim Choupo-Moting yang selalu tampil oke tiap mendapat kesempatan bermain.

Namun, mengubah winning team memang bukan perkara gampang. Terlebih, Nagelsmann pernah berkata bahwa beberapa pemain bisa meradang jika tidak dimainkan pada satu laga saja. Meski demikian, membuat mereka terus-menerus bermain di tengah jadwal padat juga sama dengan bunuh diri.

Ini bukan cuma soal upaya menjaga kebugaran. Ada sejumlah aspek lain yang bahkan tak berkaitan dengan teknis, yang kebetulan banyak menimpa pemain Bayern belakangan ini.

Robert Lewandowski kabarnya mulai gerah dengan rumor Erling Haaland ke Bayern. Ada pula cerita soal Lucas Hernandez dan masalah hukum yang membelitnya, kemudian Joshua Kimmich yang tengah jadi sorotan negatif karena menolak vaksinasi COVID-19.

Menurut Bild, nama terakhir sampai kewalahan dengan banyaknya perdebatan soal tanggapannya mengenai vaksin. Sikapnya juga terlihat berbeda dalam beberapa hari terakhir. Kimmich bahkan melewatkan latihan sehari setelah pernyataannya mengudara.

Bild juga menulis bahwa Kimmich biasanya akan berteriak untuk mendorong rekan-rekannya saat tim sedang dalam keadaan tertekan. Hari itu, masih menurut Bild, eks pemain Stuttgart tersebut seperti menerima semuanya dan tak banyak mengucapkan kata-kata.

Pada akhirnya Bayern memang tidak sesempurna yang terlihat. Berbagai aspek nonteknis tersebut--barangkali termasuk absennya Nagelsmann karena COVID-19--makin mengeksposnya. Hari itu, Gladbach yang memang selalu bertindak sebagai kryptonite bagi Bayern memanfaatkannya dengan sempurna.