Tiga Babak Karier Trippier

Foto: @ktrippier2

Perjalanan Trippier tidak mulus-mulus amat. Kapasitas dan kapabilitasnya tidak banyak yang mendeteksi. Namun, setidaknya, ada tiga babak besar yang membuat ia seperti saat ini.

Babak Pertama

Sepak bola sudah merasuki Kieran Trippier sejak kecil. Berlaga di kompetisi elite selalu hadir dalam mimpinya ketika tertidur pulas. Yang kemudian merangsangnya untuk mewujudkan bunga tidur itu adalah dorongan orang tua, terutama sang ayah.

Trippier tidak perlu berdebat soal mimpi yang kadang sulit dicerna kenyataan itu. Memang ada perdebatan antara Trippier dan ayahnya, Chris. Namun, omong-omong itu menyoal keputusan Trippier memilih akademi Manchester City ketimbang Manchester United.

Sebagai fan fanatik Setan Merah, Chris ingin anaknya mengasah olah bola, mulai dari menendang, mengumpan, sampai menggiring bola, di Manchester United.

Meski begitu, Chris tetap rutin mengantar dan menunggu anaknya latihan. Jika sibuk bekerja, Chris meminta istrinya, Eleanor, untuk memastikan Trippier selamat sampai ke tempat latihan.

Tidak hanya soal antar-mengantar, Chris dan Eleanor sama-sama banting tulang mencari poundsterling demi merawat mimpi anaknya menjadi pesepak bola. Mereka tidak mau Trippier mengubur cita-cita karena dompet mengempis dan tidak pernah mengembang.

"Kami tidak punya banyak uang. Mereka selalu bekerja. Ayah sering pergi. Saya tidak tahu bagaimana mereka bisa menyediakan makanan di atas meja untuk saya dan ketiga saudara laki-laki," kata Trippier kepada The Athletic.

Jalan karier Trippier memang disesaki doa dan suport orang-orang terkasih, tetapi bukan berarti semuanya berjalan mulus. Ia mampu menembus Manchester City U-23, tetapi tidak pernah mendapat kesempatan dan panggilan memperkuat klub utama.

Maka, saat ada tawaran dari klub Championship, Barnsley, pada 2009, Trippier langsung menyetujuinya. Dua musim berlaga di Championship, kapasitas dan kapabilitas Trippier tidak pernah betul-betul terdeteksi. Hanya Eddie Howe yang mencium bakat Trippier.

Howe, yang saat itu melatih Burnley, tertarik untuk mendatangkan Trippier pada 2011. Pelan dan pasti, Trippier mulai kembali mengasah kapasitas dan kapabilitas. Ada banyak pelajaran yang ia ambil dari kepelatihan Howe.

"Ia memberi saya kesempatan untuk bermain. Ia adalah manajer berkualitas. Saat itu, ia masih muda ketika di Burnley. Namun, ia punya semua kualitas untuk menjadi manajer klub papan atas," ucap Trippier.

Musim berikutnya, nakhoda kepelatihan Howe beralih kepada Sean Dyche. Peralihan tersebut tidak lantas membuat menit bermain Trippier mengerut. Ia tetap jadi pilihan utama.

Dari Dyche, Trippier mulai memahami bahwa sepak bola tidak cuma soal senang-senang dan mimpi, tetapi juga menjaga kebugaran, kedisiplinan, kerja keras, dan selektif akan asupan.

Ada banyak petuah dan larangan yang Dyche berikan kepada Trippier, terutama soal bagaimana memilih asupan yang baik bagi pesepak bola. Tujuannya tentu saja untuk merawat dan mempertahankan kebugaran.

"Ketika masih muda, saya tidak merawat tubuh dengan benar, khususnya apa yang saya makan dan apa yang saya minum. Saya hanyalah anak muda yang menikmati sepak bola. Saya tidak benar-benar tahu tentang bagaimana merawat tubuh dan kebugaran," ucap Trippier.

"Ia (Dyche) berkata: Ini harus dihentikan. Kamu tidak dapat mencapai level teratas jika kamu tidak menghentikan hal-hal ini."

Bersama Dyche, kemampuan Trippier mekar secara perlahan. Dan pada musim 2013/14, ia berhasil mengantarkan Burnley berlaga di Premier League.

Namun, keberhasilan itu tidak terawat dengan baik. Musim berikutnya, Burnley kembali turun kasta. Ketika karier mulai meredup, Tottenham Hotspur menaruh minat dan mendatangkan Trippier dengan mahar 3,5 juta poundsterling.

Tottenham merekrut Trippier bukan untuk menjadi pemain utama, melainkan pelapis Kyle Walker. Penampilan Walker yang terus menanjak, membuat menit bermain Trippier mengempis. Musim pertama berseragam Tottenham, Trippier hanya bermain 459 menit. Pun demikian dengan musim berikutnya. Ia hanya bermain 568 menit.

Titik balik karier Trippier terjadi saat Walker memutuskan bergabung Manchester City pada musim 2017/18. Hotspur memang mendatangkan Serge Aurier sebagai pengganti Walker, tetapi perekrutan itu tidak benar-benar jitu. Aurier cukup sering menepi karena cedera maupun larangan bermain.

Mauricio Pochettino mulai menaruh kepercayaan kepada Trippier. Kesempatan itu tidak Trippier sia-siakan. Tuntutan Hotspur dan Pochettino yang begitu besar menyulut motivasi Trippier untuk tampil sebaik-baiknya.

"Pochettino memberi saya kesempatan bermain di level tertinggi," kata Trippier. "Ia membawa saya ke Tottenham dan saya bermain di Liga Europa, Liga Champions, dan memainkan begitu banyak pertandingan Premier League."

"Ia juga yang menjadi alasan kenapa saya dipanggil ke skuad Inggris. Karena ia memberi saya kesempatan untuk membuktikan bahwa saya dapat bermain di level tertinggi, saya sangat menghormatinya."

Babak Kedua

Laga semifinal Piala Dunia 2018 antara Inggris dan Kroasia memasuki menit kelima. Three Lions mendapat kans via bola mati usai Dele Alli dilanggar Luka Modric beberapa langkah dari garis kotak penalti.

Trippier dan Ashley Young yang merupakan eksekutor set piece Inggris bersiap-siap. Siapa yang menjadi penendang belum ditentukan. Ketika kedua pemain itu menunggu pagar Kroasia terbangun rapat dan mengukur jarak ke gawang, Trippier berkata kepada Young. "Aku yakin, aku bisa mencetak gol dari sini."

Kata-kata itu penuh optimistis, tegas, dan tanpa ekspresi. Young menjawab "Silakan, Bro, ambil saja." Young pun berjalan ke belakang Trippier.

Keputusan Young bukan tanpa alasan. Keyakinan adalah modal utama penembak bola mati. Jika keyakinan itu goyah, bola kemungkinan akan meluncur jauh di mistar gawang atau bahkan mengenai burung-burung yang sedang terbang.

Begitu juga sebaliknya. Ketika si pemain benar-benar yakin dapat menendang bola dengan kencang dan akurat, kans mencetak gol via bola mati membesar. Urusan mentalitas berada di barisan terdepan. Apalagi, itu laga semifinal Piala Dunia.

Trippier mengambil ancang-ancang. Wasit meniupkan peluit.

Boom!

Bola melaju kencang dan sedikit menukik ke arah gawang. Danijel Subasic yang sudah melompat dan merentangkan tangan selebar mungkin gagal menjangkaunya.

Trippier langsung berlari ke tepi lapangan. Ia berlutut dan meluncur. Rekan-rekannya mengikuti dan memeluknya dengan erat. Pasukan Gareth Southgate bersukacita.

Setelah itu, Inggris dan Trippier tidak baik-baik saja. Menit ke-68, Ivan Perisic mampu menyamakan kedudukan. Skor 1-1 bertahan sampai babak kedua usai. Laga harus dilanjutkan ke babak tambahan, sedangkan langkah Trippier terpincang-pincang lima menit sebelum extra time usai. Ada rasa nyeri yang tak tertahankan di pahanya. Situasi itu sungguh memilukan baginya. Ambisi untuk menang meletup-letup. Namun, ia tidak bisa berbuat apa-apa.

Semua mungkin sudah tahu apa yang terjadi setelah 2x15 menit selesai. Gema teriakan yang memanggil-manggil sepak bola untuk pulang ke rumah lenyap seketika. Trippier dan skuad Inggris tertunduk dan terisak-isak.

Tak lama setelah laga usai, Trippier menelpon orang tuanya, Chris dan Eleanor. Ia yakin bahwa kekalahan dari Kroasia itu akan menghancurkan hati Chris yang merupakan penggila sepak bola dan mencintai Timnas Inggris dengan teramat sangat.

"Saya mengabari mereka setelah Inggris tersingkir dari Piala Dunia. Mereka hanya mengatakan betapa menyesalnya mereka atas kekalahan itu dan betapa bangganya mereka kepada saya," kata Trippier kepada The Guardian.

"Chris adalah penggemar Manchester United dan Inggris yang gila. Saya tahu bagaimana wajah sedih Chris setelah tim kesayangannya itu kalah," imbuhnya.

Meski gagal membawa kembali sepak bola ke rumah, nama Trippier mulai bertalu-talu. Ia menjadi topik perbincangan publik. Label pemain kelas dunia pun laik disematkan kepadanya.

Performa Trippier sepanjang Piala Dunia 2018 cukup impresif. Kemampuan defensif dan ofensifnya sama bagusnya. Mengacu WhoScored, ia mencatatkan rata-rata 2,5 tekel dan 1,8 intersep per laga.

Trippier aktif melayani pemain depan via umpan-umpan ciamik. Dalam gelaran tersebut, ia merangkum 4 umpan kunci dan 3,2 crosses per laga. Itu belum ditambah kemampuan eksekusi bola mati.

Sejak itu, kapasitas dan kapabilitas Trippier sebagai bek sayap kanan mulai diperhitungkan. Tidak ada lagi yang memandangnya sebelah mata. Ia tidak boleh diragukan.

Babak Ketiga

8 Juli 2019, Trippier resmi bergabung dengan Atletico Madrid. Dalam jumpa pers pertama, ia mengungkapkan alasan bergabung dengan Los Rojiblancos. Salah satunya adalah Diego Simeone.

Bagi Trippier, Simeone adalah pelatih berkualitas dan berkarakter. Ia dan barangkali sebagian dari kita, tidak bisa meragukan dua hal itu setelah melihat apa yang telah Simeone lakukan selama 10 tahun mengabdi untuk Atletico.

Ada banyak ilmu baru yang Trippier dapatkan dari sosok Simeone, terutama soal bagaimana menjadi bek kanan tangguh dan disiplin. Metode latihan Simeone pun sesuai dengan harapan Trippier.

"Dalam karier saya, aspek bertahan menjadi salah satu hal yang harus saya perbaiki. Ini adalah tempat sempurna untuk itu," ucap Trippier. "Ia akan menghampiri satu per satu pemain dan memberikan instruksi apa saja yang harus dilakukan sebelum masuk ke skema bermain."

Meski mendapatkan apa yang Trippier harapkan, perjalanannya bersama Atletico tidak mulus-mulus amat. Cedera memaksa Trippier menepi. Mengacu Transfermarkt, ia harus melewatkan 64 hari dan 12 pertandingan. Itu belum ditambah larangan bermain 10 pekan dari FA karena terlibat perjudian.

Simeone menyebut larangan itu sebagai keputusan tidak adil, apalagi saat itu, Atletico berada di barisan terdepan dalam perburuan trofi La Liga. Kembali dari masa larangan, Trippier menjadi tulang punggung Atletico di pos bek kanan maupun wing-back kanan.

Di akhir musim, Trippier dan Atletico berhasil mengakhiri dominasi Real Madrid dan Barcelona dengan menjadi juara La Liga. Trofi itu menjadi satu-satunya prestasi teratas Trippier selama berkarier sebagai pesepak bola profesional.

Musim 2020/2021, performa Trippier tidak sebagus tahun-tahun sebelumnya. Tidak ada assist maupun gol yang ia catatkan. Cedera bahu menjadi salah satu faktor mengapa Trippier sulit berkembang.

Namun, penurunan performa itu tidak membuat Newcastle United ragu untuk merekrut Trippier pada bursa transfer musim dingin. Per 5 Januari 2022, Fabrizio Romano melaporkan bahwa Trippier akan menjadi pembelian pertama Newcastle sejak dibeli Konsorsium Arab Saudi. Trippier sudah mendarat di Newcastle dan akan menjalani tes medis. 

Lalu apa yang membuat Newcastle menaruh minta kepada Trippier?

Penulis The Flanker, Billi Pasha, dalam artikel bertajuk Meneropong Bidikan Musim Dingin Newcastle menjelaskan:

Karakter permainan Trippier ini beririsan dengan permainan dinamis yang dianut Howe. Pelatih 44 tahun ini hobi menggunakan lini kedua sebagai opsi serangan. Kita bisa kembali ke masa-masa terbaiknya bersama Bornemouth di musim 2016/17. Howe mengantar The Cherries finis di posisi sembilan Premier League dengan 55 gol. Yang menarik adalah kontribusi dari sepasang full-back mereka, Charlie Daniels dan Adam Smith. Keduanya berkontribusi 5 gol dan 8 assist bila dikalkulasi.

Selanjutnya .....

Trippier harus kembali membuktikan diri bahwa ia masih laik bermain di level teratas. Yang ia perlu lakukan: Menyelamatkan Newcastle dari zona degradasi. Ya, tujuannya supaya klub kaya baru itu bisa mulai menyusun kekuatan dengan mendatangkan pemain-pemain bintang lainnya bursa-bursa transfer berikutnya. Lagi pula, dananya melimpah, bukan?