Apa yang Bisa Diberikan Davies dan Kabak untuk Liverpool?

Foto: @LFC

Kami menganalisis statistik Kabak dan Davies untuk mencari tahu kelebihan dan kelemahan mereka. Dua bek ini memiliki tipikal agak berbeda, tapi sama-sama punya potensi.

Nama, kata Nakata kepada Tuan Otsuka pada novel "Kafka on the Shore", dibutuhkan manusia untuk mengingat berbagai hal.

Nama Ben Davies, bagi penikmat sepak bola awam, mudah diingat sebagai bek kiri yang kini bermain untuk Tottenham Hotspur. Nama Ben Davies banyak, tapi ingatan kita sebagai penikmat sepak bola pasti tertuju pada pemain berpaspor Wales itu.

Namun, pada bursa transfer musim dingin tahun ini, kita mengenal (dan akan mengingat) lagi satu nama Ben Davies lain. Nama panjangnya Benjamin Keith Davies dan dia adalah bek tengah baru Liverpool.

Sebelum bek berusia 25 tahun itu dikabarkan bakal diboyong Liverpool, rasanya hanya sedikit sekali penikmat sepak bola di Indonesia yang mengetahui sosoknya. Maklum saja, karier Davies tak mentereng. 

Dia hanya menghabiskan karier di klub semenjana bernama Preston North End. Davies juga sempat menghabiskan masa peminjaman ke klub-klub yang lebih semenjana lagi seperti York City, Tranmere Rovers, Newport County, hingga Fleetwood Town.

Dengan curiculum vitae seperti itu, tak ada yang menyangka bahwa pemain bertinggi 1,85 meter itu akan dibeli klub sekelas Liverpool. Untuk dilirik saja rasanya pun tidak. Namun, dengan situasi terpepet (dalam segi finansial dan waktu) di deadline day, apa saja bisa terjadi.

Lagipula, Liverpool punya pendekatan unik dalam kebijakan transfernya. Mereka menggunakan pendekatan data dan performa, yang bisa membuat siapa saja bisa dipertimbangkan asal memiliki statistik yang sesuai kriteria. Dan rasanya, Davies masuk dalam kriteria itu.

Lantas, menarik untuk melihat dari statistiknya, seberapa cocok sebenarnya Davies buat Liverpool. Apakah atributnya memang sesuai dengan kriteria bek tengah yang dibutuhkan Juergen Klopp? Mari kita cari tahu.

Namun, selain Davies, kami juga menyertakan bek tengah anyar Liverpool lainnya, Ozan Kabak, dalam analisis ini. Sama seperti Davies, menarik melihat apakah cocok atau tidak Kabak dengan sistemnya Liverpool dan atribut apa yang dimilikinya untuk menjadi bek tengah andalan Klopp.

Menarik, memang, Liverpool memboyong dua bek sekaligus dalam satu bursa transfer. Situasi memang memaksa mereka untuk melakukannya; Liverpool tak punya lagi bek tengah senior setelah Joel Matip dikonfirmasi akan absen hingga akhir musim.

Beruntung, mereka memiliki Michael Edwards sebagai transfer guru yang mampu membuat Davies dan Kabak datang ke Anfield dengan biaya total tak lebih dari 4 juta poundsterling. Budget yang sangat murah untuk menambal lubang lini belakang mereka yang bolong sejak Virgil van Dijk, Joe Gomez, dan Matip menepi.

[Baca Juga: Michael Edwards: Guru Sekolah yang Mengubah Liverpool dengan Moneyball]

***

Untuk menjadi bek tengah Liverpool, seorang bek tak cuma perlu memiliki atribut defensif yang bagus saja. Mereka juga kudu punya olah bola yang bagus dan andal mengalirkan bola. Kebetulan, standarnya juga sudah tinggi. Sebab, jika berbicara tentang bek tengah Liverpool, maka kita akan berbicara tentang Van Dijk, Gomez, atau Matip.

Ketiga pemain itu komplet. Aspek defensifnya bagus dan bisa diandalkan untuk mengalirkan bola dengan baik. Bahkan Van Dijk mendapatkan peran deep-lying playmaker karena bisa membuka ruang dan menciptakan peluang lewat umpan-umpan lambung dari lini belakang. Sementara itu, Matip sudah menciptakan dua assist dalam satu bursa transfer.

[Baca Juga: Setumpuk Masalah Liverpool]

Oleh karena itu, aspek pertama yang kami ingin lihat dari Davies dan Kabak adalah tentang kemampuan mereka mengalirkan bola dan mengirimkan umpan. Kami menggunakan statistik musim 2019/20 untuk melihat catatan mereka dalam satu musim penuh.

Melihat catatan per 90 menit dari Opta, Davies dan Kabak boleh dibilang sebagai dua bek tengah yang cukup bagus dalam kontribusi terhadap progresi tim. Musim lalu, Davies mencatatkan 20,2 umpan mengarah ke depan (forward passes) di Championship, sedangkan Kabak mencatatkan 21,5 umpan mengarah ke depan di Bundesliga.

Angka di atas 20 yang dimiliki keduanya menunjukkan catatan yang baik. Namun, jika dibandingkan catatan tiga bek Liverpool, catatan mereka masih kalah. Gomez, misalnya, mencatatkan 26,5 umpan ke depan per 90 menit di Premier League musim lalu. Sementara itu, Van Dijk mencatatkan angka 24,8. Meski demikian, catatan ini bisa dimaklumi karena secara general Liverpool punya volume umpan ke depan yang lebih tinggi ketimbang timnya Kabak dan Davies.

Satu hal lain yang layak mendapat sorotan adalah soal umpan lambung. Di sini, angka yang dicatatkan Kabak dan Davies mampu menyaingi angka para bek tengah Liverpool. Davies bahkan jadi yang terdepan karena dia mampu mencatatkan 12,1 umpan lambung per 90 menit di Preston pada musim lalu.

via GIPHY

Sementara Kabak mencatatkan 8,8 umpan lambung per 90 menit musim lalu. Angka yang tak terlalu buruk jika dibandingkan dengan milik Matip yang punya 8 dan Gomez yang mencatatkan 9,6. Kalau Van Dijk sendiri angkanya cukup tinggi karena di musim lalu dia mampu mencatatkan 9,9 umpan lambung per 90 menit.

Davies memang menonjol dalam hal umpan lambung dan kalau melihat cuplikan dia bermain, kita akan menyaksikan bagaimana dia sering melepas umpan dari belakang langsung menuju ke depan untuk menciptakan ruang buat rekan-rekannya. Hanya saja, akurasinya masih minim. Per 90 menit, umpan lambung Davies hanya memiliki akurasi 45,52%. Sementara itu, Van Dijk yang secara volume juga tinggi, mampu memiliki akurasi 54,96%.

Hal inilah yang harus ditingkatkan Davies saat berlatih bersama rekan-rekan barunya. Pasalnya, dia punya potensi untuk jadi bek tengah dengan umpan-umpan lambung akurat seperti Van Dijk. Kalau Kabak, catatan akurasi umpan lambungnya musim lalu menyentuh angka 49,13% dan itu melebihi catatan Gomez atau Matip. Yang perlu Kabak lakukan hanyalah memperbanyak volumenya saja.

Davies dan Kabak juga harus meningkatkan akurasi umpan mereka secara keseluruhan. Kabak sebenarnya punya angka yang cukup baik yakni 81,47% per 90 menit. Namun, dibanding Matip (bek tengah dengan akurasi terendah di Liverpool) yang punya 84,27%, angka Kabak perlu ditingkatkan. Sementara itu, Davies punya pekerjaan rumah yang lebih berat karena akurasi umpannya secara keseluruhan hanya 75,89%.

Memang, bisa dimaklumi bahwa kedua pemain itu tidak bermain di dalam sistem di mana akurasi umpan untuk mempertahankan penguasaan bola jadi hal yang utama. Akan tetapi, perlu dicatat bahwa Klopp tak suka dengan pemain yang gemar buang-buang umpan. Oleh karena itu, Davies dan Kabak kudu lebih tenang dan jeli lagi dalam melepaskan umpan agar akurasi mereka meningkat.

Selain itu, satu hal lain yang menonjol dari Davies dan Kabak adalah kebiasaan mereka melakukan dribel ke depan. Berdasarkan rating Smarterscout (angka 0 - 99), Kabak memiliki rating 89 untuk soal dribel pada musim lalu. Sementara Davies memiliki angka 72. Sekadar catatan, angka di atas 70 jelas menunjukkan kualitas yang baik. Dan di Liverpool, ada Matip yang punya rating dribel 94 pada musim lalu.

Dan meski punya kebiasaan melakukan dribel, dua bek anyar Liverpool ini tak mudah kehilangan penguasaan bola. Per 90 menit musim lalu, Davies hanya kehilangan penguasaan bola 11,6 kali dan Kabak 11,7 kali. Angka itu lebih baik dari catatan Matip (11,9 kali) dan Gomez (12,2 kali). Namun, bila dibanding Van Dijk, angka keduanya kalah. Sebab, bek andalan Liverpool hanya kehilangan penguasaan bola 9,9 kali per 90 menit.

via GIPHY

Nah, kalau urusan umpan sudah, mari kita bahas aspek defensifnya. Ternyata, catatan Kabak amat menonjol. Statistiknya dalam hal tekel, sapuan, dan intersep per 90 menit unggul jika dibanding milik Van Dijk, Matip, dan Gomez. Catatannya juga unggul jika dibandingkan Davies.

Soal intersep, Kabak punya catatan 1,9 intersep per 90 menit. Angka ini melebih catatan Gomez (1,8) sebagai bek tengah Liverpool dengan catatan intersep per 90 menit tertinggi musim lalu. Sementara Davies sendiri hanya mencatatkan 0,9 intersep. Angka yang lagi-lagi perlu dia perbaiki, karena para bek Liverpool paling sedikit mencatatkan 1,1 intersep per 90 menit.

Untuk sapuan, Kabak mampu mencatatkan 4,8 per 90 menit. Angka itu sama dengan angka yang dicatatkan Matip dan unggul dari catatan Van Dijk (4,3). Sementara catatan Davies dalam hal ini tidaklah buruk. Bek yang memilih nomor punggung 28 di Liverpool ini punya catatan 4,6 intersep per 90 menit di Championship musim lalu.

Dalam hal tekel, Kabak juga menonjol. Dia mencatatkan 1,9 tekel per 90 menit. Catatan terdekat dari bek Liverpool adalah milik Matip yang mencatatkan 1,7 tekel per 90 menit. Davies, sementara itu, hanya mencatatkan 0,9 tekel per 90 menit. Catatan yang tidak buruk, jika melihat dia punya tipikal lebih soft daripada Kabak. Seperti tipikal Van Dijk yang coba meminimalisir tekel (dan lebih memilih meminimalisir ruang gerak lawan) untuk memenangi duel. Van Dijk sendiri hanya punya 0,7 tekel per 90 menit musim lalu.

Dalam hal duel udara, keduanya juga tak terlalu buruk. Jika dibandingkan dengan Van Dijk dan Matip yang punya tinggi di atas 1,9 meter, catatan Davies atau Kabak memang kalah. Namun, jika dibandingkan dengan Gomez yang tingginya ada di angka 1,8 meteran, catatan keduanya lebih baik. Davies mencatatkan 3,4 duel udara sukses per 90 menit musim lalu. Sementara itu, Kabak mencatatkan 3,9. Gomez sendiri hanya punya 3,2.

Catatan defensif keduanya tak buruk. Terutama, tentu saja, Kabak. Sistem defensif yang diterapkan Klopp di Liverpool bisa membuat catatan kedua pemain itu lebih baik lagi. Masih ada waktu untuk berkembang bagi Kabak dan Davies di Liverpool. 

***

Berdasarkan tulisan James Pearce di The Athletic, disebutkan juga bahwa Davies adalah bek yang nyaman dengan bola. Mantan-mantan pelatihnya menyebutnya bisa diandalkan untuk mengalirkan bola ke depan. Meski bermain di kompetisi level bawah, pola pikir Davies sebagai bek tengah tidak konservatif.

Hanya saja, secara pengalaman di level teratas, dia memang kurang. Dan dia berada di tim yang belum bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Akan tetapi, perlu dicatat bahwa Davies adalah rekrutan dengan tipikal seperti Ragnar Klavan. Mestinya tada ekspektas berlebih atas penampilannya nanti. Mampu bermain konsisten saja sudah cukup.

Sementara Kabak, meski baru berusia 21 tahun, sudah menunjukkan kapasitasnya sebagai salah satu bek paling potensial di Eropa. Hanya saja, sebagai bek dengan atribut defensif yang agresif, Kabak kerap berlebihan. Dia mudah terpancing emosi. Musim ini, dari 14 penampilan, dia sudah mengoleksi satu kartu merah setelah aksi buruknya di laga vs Werder Bremen.

Selain itu, Kabak juga masih acap salah ambil keputusan. Dia kerap mengambil bola (dengan tekel) dari lawan terlalu cepat. Di musim ini, pemain jebolan akademi Galatasaray itu punya catatan 1,5 pelanggaran per 90 menit. Tentu hal itu patut dia perbaiki karena tak ada satu pun bek Liverpool yang punya catatan sama atau lebih dari dirinya.

Walau, situasi Schalke sebagai tempatnya bermain memang menimbulkan rasa frustrasi. Itu karena performa tim anjlok dan saat ini jadi juru kunci Bundesliga. Per The Athletic, Kabak juga dikabarkan mengalami fase penurunan kepercayaan diri, sesuatu yang perlu dibangkitkan oleh Klopp di Liverpool.

Di luar itu, Kabak dan Davies adalah rekrutan yang bagus buat Liverpool. Apalagi mengingat uang yang dikeluarkan untuk merekrut mereka tidaklah banyak. Dan bahkan, dalam kasus Kabak, Liverpool tak punya kewajiban untuk membeli. Jadi, jika ternyata dia tak sesuai dengan apa yang diharapkan, The Reds bisa mengembalikannya ke Schalke.